Putih
Bertanda Merah
Cerpen :
Nuraini Ike Budiastuti
Pagi hari itu bernama jum’at .
pukul 06.45 WIB sudah terkumpul di sebuah lorong untuk melakukan do’a pagi.
Lima menit kemudian bel mulai berbunyi. Semua tampak berpakaian berwarna coklat
muda dan bawahan coklat tua. Ya , itu lah sekolah Sekha. Sekha gadis manis
berambut panjang, berkulit putih dan ramah. Sekha mempunyai kekasih bernama
Reza. Mereka tampaknya satu kelas di sekolah itu. Saat bel istirahat Sekha
hanya duduk terdiam di kursi pojok dekat kabel proyektor dalam kelasnya. Sekha
tampak melamunkan sesuatu yang sangat ia takuti.
Reza , orang yang sangat
menyayangi Sekha menghampiri Sekha. “sayang kenapa?” Tanya Reza. Sekha seolah
tersadar dari lamunannya. “ eh , ooh gaa kenaapa kenapa sayang.” Jawan Sekha
dengan terpatah patah. Reza merasakan sesuatu yang ganjal dalam diri Sekha.
Tampaknya Sekha sedang bersedih. “sayang cerita dong, ada apa” Tanya Reza.
“aku beneran ga ada apa apa
sayang. Aku baik baik aja” jawab Sekha. Reza hanya bisa terheran melihat sikap
Sekha yang mulai terlihat aneh. Saat pelajaran fisika, Sekha meminta izin untuk
ke toilet, wajah Sekha tampak pucat seperti orang yang sakit parah. Reza tidak
tega melihat wajah kekasihnya itu. Reza langsung mengambil tindakan untuk
mengantarkan sekha ke UKS di lantai dua.
Sesampainya di UKS, anggota PMR
di sekolah itu segera menangani Sekha yang mulai mimisan. Perasaan Reza semakin
tidak karuan melihat keadaan Sekha yang seperti itu. Reza meninggalkan Sekha
sejenak untuk kembali ke kelas, dan menemui guru mata pelajaran fisika itu.
Reza meminta izin untuk menemani Sekha di UKS sampai keadaan Sekha mulai
membaik.
Setelah mendapat izin dari guru fisika itu, Reza
menemui guru BK nya. Dia menceritakan keadaan Sekha yang seperti itu. “yaudah, kamu
jaga Sekha dulu di UKS. Kalau satu jam lagi keadaan masih seperti itu, kita
bawa dia pulang kerumahnya.” Ucap pak Miru , guru BK nya.
Reza lari menuju lantai dua ,
dimana UKS itu ada.
Sekha terlelap tidur saat Reza
sapai disana. Perasaan Reza sedikit lebih tenang daripada tadi, waktu hidung
Sekha mengeluarkan darah. Reza memberi tahu orang tua Sekha. Orang tua Sekha
sangat sibuk, dan tidak ada yang bisa menjemput Sekha. Orang tua Sekha meminta
tolong supaya Reza membawa Sekha pulang kerumah.
Waktu cepat berlalu, dan saat itu
tepat pukul 11.00 WIB. Waktunya pulang sekolah. Reza menyiapkan mobilnya dan
menggendong Sekha masuk kedalam mobil. Reza bersama guru BK nya itu menuju
rumah Sekha. Di rumah Sekha yang sebesar itu hanya tinggal pembantunya. Bi Iza
yang dari kecil mengurus Sekha ketika orang tua Sekha bekerja.
Bi Iza menganggap Sekha sebagai
anakknya sendiri. Setelah Sekha di urus Bi Iza, Reza mengantar guru BK nya
kembali ke sekolahan, dan mengambil tas Sekha yang tertinggal didalam kelas.
Sedangkan Sekha terlelap tidur di kamar kesayangannya. Entah kenapa, Sekha
mengigau , dan berkata “ Reza , aku sayang kamu. Kamu jangan pergi. Cuma kamu
yang mengerti perasaanku saat ini” sambil mengeluarkan air mata dari matanya
yang terpejam. Tanpa sengaja Bi Iza yang saat itu berada disampingnya mendengar
kata kata Sekha itu.
Sekha bangun dan seperti tidak
mengenal siapa siapa di kamar itu. Kamarnya sendiri pun ia lupa. “ non, ini
dimakan dulu. Non dari tadi pagi kan nggak mau makan, sekarang makan terus minum
obat ya” kata Bi Iza. Namun Sekha tidak merespon kata kata Bi Iza. Melainkan ia
bertanya kepada Bi Iza “ bi, Reza kemana? Dia gak kenapa kenapa kan? Dia baik
baik aja kan?”
“ dia lagi nganterin Guru non ,
sama ngambil tas non yang ketinggalan dikelas. Nanti dia balik lagi kesini kok
non. Non istirahat ya, jangan banyak gerak dulu. Inget kata kata mami” jawab Bi
Iza. Wajah Sekha tampak sayu , dan matanya berkaca kaca. Bi Iza lalu menyuapi
Sekha dengan bubur dan membantu Sekha untuk minum obat dari Dr. Rudi , dokter
kepercayaan keluarga Sekha.
Satu jam kemudian , Reza
memarkirkan mobilnya di garasi rumah Sekha. Reza langsung menuju kamar Sekha
untuk melihat keadaan Sekha sekarang. Sekha langsung memeluk Reza saat Reza
masuk ke kamar Sekha. Sekha menangis di pelukan Reza. “ za, kamu jangan kemana
mana ya. Temenin aku disini. Aku ga mau sendirian. Cuma kamu yang ngertiin
keadaanku za, Cuma kamu yang tau gimana perasaanku sekarang.”
Reza mulai tersentuh dengan kata
kata Sekha itu. “ iya sayang, aku janji ga akan kemana mana kok. Aku akan
selalu njagain kamu sayang” jawab Reza. Sekha mulai terlelap tidur di pelukan
Reza karena efek dari obat yang tadi ia minum. Bi Iza menceritakan semua kepada
Reza, apa yang terucap dari bibirr Sekha tadi. Reza semakin tambah bingung
dengan sikap Sekha yang demikian ini.
Tidak lama kemudian , orang tua
Sekha datang. Dan Reza pulang kerumahnya, karena itu waktu sudah menunjukkan
pukul 20.45 WIB. Sesampainya dirumah, Reza mandi dan tidur untuk sekolah besok
pagi. Reza bermimpi, ia berada disuatu tempat yang indah bersama Sekha. Dan
hanya ada mereka berdua di tempat itu. Reza terbangun di tengah malam, dan dia
shalat untuk kesembuhan Sekha dan untuk dia sendiri.
Reza tertidur dengan keadaan
tidak nyaman dan penuh fikiran tentang Sekha. Waktu subuh telah datang, dia
bangun dan bersiap siap untuk berangkat ke sekolah. Dia berangkat lebih awal,
karena dia ingin menjenguk Sekha terlebih dahulu. Namun, Sekha masih terlelap
tidur. Dan Reza belum sempat berpamitan sengan Sekha untuk berangkat ke
sekolah.
Sesampainya disekolah, dia di
beri tahu kalau Sekha di rumah sakit dan ada di ruang UGD. Reza kaget. Reza
ingin segera menemui Sekha dan menemani Sekha di rumah sakit itu. Namun saat
itu ada ulangan yang sudah dua kali tertunda, dan itu tidak bisa ditunda lagi.
Terpaksa Reza harus mengikuti ulangan itu. Reza mengerjakan soal itu dengan
tidak teliti dan tidak berkonsentrasi
gaa gara dia memikirkan Sekha.
Segeralah Reza menyelesaikan soal
itu. Entah jawabannya benar atau salah yang penting selesai. Reza langsung
meminta surat izin meninggalkan pelajaran untuk menuju rumah sakit yang lumayan
jauh dari sekolahnya. Reza langsung tancap gas dan menuju rumah sakit itu.
Sekha yang melarangnya untuk kerumah sakit sudah tidak bisa melarang Reza lagi.
Reza ngotot pengen ketemu sama Sekha dan menjaga Sekha di rumah sakit itu.
Reza tidak menghiraukan larangan
Sekha, yang Reza pikirkan adalah bisa bertemu dengan Sekha dan menjaga Sekha
semampunya. Perasaan Sekha semakin resah. Sekha berprasangka tidak baik. Sekha
merasa tidak tenang, karena Reza memaksa untuk ke rumah sakit. Saat perjalanan
menuju rumah sakit, di kiri jalan sedang ada penggalian lobang, Reza berusaha
membelokkan stang mobilnya ke kanan. Namun tuhan berkata lain, Bus dari arah
berlawanan melaju dengan kencang dan menabrak mobil Reza sampai hancur dan
mobil itu terpental 50 M dari lokasi kejadian.
Baju seragam atasan putih dan
celana putih itu berlumur darah kematian. Reza meninggal dalam kecelakaan itu.
Reza meninggal seketika, saat mobilnya terpental sejauh 50 M. dijalan tidak ada
satu orang pun yang mengenal Reza. Dan dijalan itu terjadi kemacetan
lalulintas, Sekha pun merasa bingung. Kenapa Sampai satu setengah jam ia
menungu Reza , ia ta kunjung datang.
Lalu , penolong dalam kecelakaan
itu mengambil handphone Reza. Dan waktu itu juga Sekha menelepon Reza sebanyak
delapan kali tanpa jawaban. Lalu orang yang menolong dalam kecelakaan itu
menjawab telfon dari Sekha. Orang itu mengatakan bahwa Reza kecelakaan dan
meninggal.
Sekha sempat tidak percaya dengan
kenyataan itu. Teman Reza yang saat itu juga pulang dari sekolahnya, mengenali
mobil Reza yang remuk di pinggir jalan itu. Temannya pun langsung mencari
dimana Reza. Temannya menelepon orang tua Reza, dan Reza dibawa ke rumah sakit
untuk menunggu keluarganya datang.
Sedangkan Hp Reza dibawa oleh
temannya itu, temannya menelepon Sekha. Sekha menangis dan tidak kuat menerima
kenyataan ini. Setelah orang tua Reza datang, Reza dibawa pulang ke rumah untuk
di istirahatkan di pemakaman dekat rumahnya itu. Sekha memaksa untuk kerumah
Reza, dan melihat Reza untuk yang terakhir kalinya.
Orang tua Sekha menuruti
keinginan Sekha. Dan saat itu juga Sekha menuju kerumah Reza dengan sebuah
infuse menancap di tangan kirinya. Sekha tak kuasa menahan tangis , orang tua
Sekha pun ikut menangis. Orang tua Sekha sangat menyayangi Reza seperti anaknya
sendiri. Ya , karena Sekha dan Reza pacaran sudah lebih dari empat tahun.
Teman teman sekelas Reza dan
Sekha pun juga datang kerumah Reza. Saat jenazah Reza dimandikan , Sekha terus
saja menangis. Teman teman Sekha pun tidak menyangka bahwa Reza akan pergi
secepat ini. Sekha hanya bisa menangis di pelukan teman temannya. “ sudahlah
Kha, jangan nangis terus. Ikhasin Reza Kha, kasihan dia, kamu mau dia nggak
tenang disana gara gara kamu nagis terus kaya gini ? enggak kan?” ucap Caca ,
sahabat Reza dan Sekha.
“ tapi kan nggak harus secepat
ini Ca, dia ninggalin aku. Aku lagi butuh dia Ca. tapi dia malah pergi untuk
selamanya,” jawab Sekha sambil menangis dipelukan Caca. Caca pun menangis
mendengar Sekha bicara.
Setelah jenazah Reza selesai
dimandikan , baju seragam putih-putih yang berlumur darah itu di genggam oleh
Sekha. Sekha menganggap baju itu sebagai kenang kenangan terakhir dari Reza.
Sekha terus menerus menangis. Sekha mencium Reza untuk yang terakhir kalinya.
Air mata Sekha tiada hentinya menetes dari mata indahnya itu. “ kamu jahat
Reza, kemarin kamu janji kan sama aku . kamu ga akan ninggalin aku, tapi apa
kenyataannya ? mana janjimu Reza, kamu ninggalin aku secepat ini. Disaat aku
butuh kamu , kamu pergi dari hidupku buat selamanya” sambil memeluk jasad Reza
dan menangis.
Kain kafan itu segera menggulung
di tubuh Reza. dan hari itu juga Reza dimakamkan. Keadaan Sekha semakin
bertambah buruk. Wajahnya bertambah pucat. Sekha pinsan, karena lamanya ia
menangis. Setelah semuanya siap, jenazah Reza sudah dimasukkan kedalam kerenda bertutup kain warna hijau
berhias bunga dan bertuliskan arab.
Jenazah Reza di angkat dan menuju
tempat peristirahatan terakhirnya di ikuti keluarga dan teman temannya. Saat
seperempat perjalanan , Sekha siuman.
Dan ia ingat , bahwa kekasihnya tak lagi bisa bersama dia. Sekha memaksa untuk
ikut ke pemakaman Reza dengan keadaan seperti itu. “ ayo , aku masih kuat. Aku
pengen nganterin Reza ke rumah barunya . ayolah tolong” sambil menangis.
Kakak Sekha merasa kasihan
melihat adiknya itu, dan Sekha ikut ke pemakaman Reza. Sekha tak henti hentinya
menangis. Sampai pemakaman selesai. Sekha ingin sekali berada disitu untuk
menjaga makam Reza. Namun teman temannya memaksa Sekha untuk pulang. Akhirnya
Sekha pun mau. Dan ia kembali ke rumah sakit.
Keadaan Sekha semakin memburuk.
Penyakit yang ia derita semakin parah. Sekha selalu melamun, dan membayangkan
kenangan yang selama empat tahun telah terukir indah di ingatan Sekha. Sekha
tidak mau makan, Sekha ingin menyusul Reza dan menemani Reza di alam yang baru.
“ Ca, aku pengen nyusul Reza. aku kangen sama dia Ca” tuturnya kepada Caca.
“ husssst, kamu tuh ngomong apa
sih Kha. Ga boleh gitu ah. Kamu jangan putus asa gitu doong. Masih adaa aku
sama temen temen kok. Kita siap nemenin kamuu.” Caca sambil menangis melihat
keadaan Sekha yang bertambah parah.
******************************
Malam itu, Sekha koma. Teman
teman dan keluarga Sekha menangis. Kenapa harus seperti ini yang terjadi. Sekha
koma selama dua hari. Kata dokter harapannya untuk hidup Cuma dua puluh persen.
Teman teman Sekha semakin takut. Mami Sekha pun tak kuat menerima kenyataan
itu, Mami Sekha pinsan. Sekha sempat tersadar, dan dia berkata kepada Caca, “
tolong jaga mami dan papi ku ca. aku sayang mereka, aku mau nyusul Reza dulu.
Tunggu aku kembali ya Ca”
Setelah maminya siuman , maminya
memeluk Sekha dan meminta maaf kepada Sekha karena selama ini jarang menemani
Sekha dirumah. Sekha sudah memaafkan mami nya itu. Teman teman Sekha juga minta
maaf, kalau selama ini sering jail sama Sekha. Dan tidak lama kemudian, Sekha
menghembuskan nafasnya untuk yang terahir. Keadaan semakin panas dan penuh
haru. Caca menangis , karena ia kehilangan dua sahabatnya.
Sekha meninggal dengan wajah
tersenyum. Dan keinginannya untuk menyusul Reza telah terpenuhi. “ yang tenang
ya Sekha. Kita disini selalu sayang kok sama kamu”.
Air mata membasahi ruang ICU di
rumah sakit itu. Dan Sekha pergi untuk selamanya. “Cinta Sekha dan Reza sampai
mati”. seperti Tulisan di cover buku diary Seckha.